Halaman

Jumat, 14 Maret 2008

Bangsa Indonesia Harus Percaya Diri

Kompas 01/10/2007: Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengatakan, tidak ada alasan bagi Indonesia untuk kalah maju dibandingkan dengan India atau Vietnam. Persoalannya tinggal terletak pada kepercayaan diri. Wapres mengatakan, bangsa Indonesia harus percaya pada kemampuannya sendiri.

Apalagi Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan negara untuk membangun, yakni minyak bumi, tambang, dan komoditas pertanian. Hal itu dikemukakan Wapres pada acara buka puasa bersama pengusaha di kediaman Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Mohamad S Hidayat, Minggu (30/9/2007).

"Kalau ada kesalahan kita selama ini adalah kita terlalu bergantung pada bangsa lain. Berpuluh-puluh tahun kita selalu menunggu datangnya bantuan asing dulu untuk bisa membangun," kata Wapres.

Dengan sikap seperti itu, menurut Jusuf Kalla, bangsa ini kemudian tidak memiliki kemampuan untuk membangun negaranya sendiri. Bahkan sampai saat ini terkadang masih muncul keraguan bahwa putra-putra Indonesia mampu melaksanakan proyek pembangunan.

Jusuf Kalla mengambil contoh pembangunan bandar udara di Makassar. Semula ada keinginan untuk menyerahkan proyek itu kepada pengusaha asing. Ketika ia minta untuk diberikan kepada pengusaha lokal, ternyata mereka mampu dan kualitasnya tidak kalah dengan pengusaha asing.

Menurut Wapres, sekarang ini justru pengusaha Indonesia harus mampu berkiprah di ajang internasional. "Satu lagi kelemahan kita sebagai bangsa, yaitu kalau ada pengusaha Indonesia yang menanamkan modalnya di luar negeri, buru-buru dikatakan pelarian modal. Padahal pengusaha India bangga kalau banyak perusahaan yang ada di luar India," kata Wapres.

Delapan persen

Namun, Wapres optimistis bahwa dengan peran serta semua pihak, perekonomian Indonesia akan bisa berkembang lebih pesat. Bahkan ia percaya tahun depan perekonomian Indonesia akan tumbuh 8 persen.

"Kalau kita tidak bisa tumbuh 8 atau 9 persen tahun depan, itu berarti ada yang salah dengan bangsa kita ini," kata Wapres Jusuf Kalla.

Kuncinya, menurut Wapres, bergantung pada kepercayaan diri bangsa ini. Ia mengajak para pengusaha untuk tidak ragu akan kemampuannya.

Menurut Jusuf Kalla, salah satu indikator yang bisa dipakai untuk bisa melihat bergeraknya kegiatan ekonomi adalah dari lalu lintas barang. "Coba lihat lalu lalang trailer (truk gandeng) yang membawa peti kemas. Nyaris tidak pernah berhenti truk-truk itu. Semua itu menunjukkan adanya kegiatan ekonomi. Salah besar kalau dikatakan sektor riil belum berjalan," kata Wapres.

Wapres meminta kalangan pengusaha untuk juga memerhatikan masyarakat bawah. Terutama pengusaha yang bergerak di bidang pembangunan perumahan diingatkan untuk tidak hanya berorientasi kepada kalangan atas.

Ketimpangan sosial yang terus dibiarkan akan menjadi bumerang bagi pembangunan yang dilakukan.

Selasa, 26 Februari 2008

tukang mimpi.......

All successful people men and women
are big dreamer.
they imagine that their future could be,
ideal in every respect and then
they work everyday toward their distant vision,
that goal or purpose.
(Brian Tracy)

kadang saya berpikir, dapatkah saya minimal searah dengan pendapat Brian tracy di atas?
yang saya khawatirkan dengan tabiat saya, apabila bermimpi, berangan-angan atau bercita-cita terhadap sesuatu biasanya yang saya peroleh malah sebaliknya.
sudah tiga kejadian dalam hidup saya yang saya jalani sekarang dan yang sudah saya jalani yang merupakan kebalikan dari yang saya idam-idamkan, yang saya cita-citakan dan yang saya bayangkan. Dulu,.....dulu sekali,.... ketika saya masih duduk dibangku SMP, saya pernah diajak mengisi liburan sekolah saya ke tempat bibi saya di daerah AM. Waktu itu AM merupakan daerah yang baru dibuka yang menjadi ibukota baru bagi kabupaten. sarana dan prasarananya masih sangat minim dan dengan jumlah penduduk yang masih sedikit, sehingga jarak antar rumah penduduk masih sangat jarang dan yang paling menyeramkan masih banyak babi hutan yang melintas di tengah jalan yang dilalui kendaraan yang saya tumpangi. Dalam hati saya sempat berkata : akh saya nggak bakal mau tinggal didaerah seperti ini, sepi....,penduduknya sedikit, pertokoannya sedikit sekali,.....tapi apa dinyana, ternyata saya sekarang sudah membangun "pondok" untuk istri dan tiga buah hati saya didaerah ini.
kemudian sewaktu saya masih SMA, saya berangan-angan pengen melanjutkan pendidikan saya di fakultas pertambangan, namun diibukota propinsi tempat saya berdomisili fakultas tersebut belum ada, hingga hari ini. Fakultas yang paling keren pada waktu itu adalah Pertanian (menurut cerita orang-orang yang saya dengar) tetapi saya pernah berucap kepada orang tua saya bahwa saya tidak mau melanjutkan pendidikan saya di fakultas pertanian karena saya dari kecil kurang hobi dengan yang namanya bertani.
Namun apa yang terjadi, setelah selesai SMA orang tua saya mengamanatkan kepada saya, katanya bila saya mau kuliah maka saya harus ke univ. B fakultasnya silahkan pilih sendiri kalau gak mau pertanian juga gak apa-apa. (oh ya saya lupa menjelaskan, di SMA saya jurusan IPA) mengapa saya harus kesana? kata orang tua saya ada tiga alasan mengapa saya harus ke sana. Pertama untuk menemani saudara perempuan saya yang sudah kuliah disitu, kedua karena biayanya tidak cukup apabila saya kuliah di lain daerah, dan yang ketiga, mungkin ini yang paling seru, karena ada contoh dari saudara kami yang lain, ketika kuliah di seberang sana, pulangnya bukan bawa ijazah tapi bawa anak dan istrinya. tamatlah angan-angan saya. akhirnya saya menjadi sarjana pertanian.
lingkungan sekitar kediaman kami dikota yang terkenal dengan alam pegunungannya, di desa yang dihuni berbagai suku, ada beberapa keluarga dari suku X yang kehidupannya (maaf) tidak saya sukai, dalam pandangan saya waktu itu mereka itu kumuh (kebetulan saja keluarga itu mungkin agak kumuh, maaf) sehingga waktu saya kecil itu saya pernah berkata dalam hati dan saya tegaskan bahwa saya tidak mau punya keluarga dari suku X.
setelah berlalunya waktu saya tidak lagi hirau terhadap hal itu. saya tidak ingat sama sekali sehingga hari ini, ketika saya telah dikaruniai tiga orang bidadari yang cantik-cantik yang sangat saya sayangi ternyata dilahirkan dari rahim wanita yang berasal dari suku X yang saya tidak sukai itu. itulah kenyataan hidup saya.
tiga hal yang saya nyatakan tidak, ternyata itulah yang saya peroleh.
bagaimana saya mensikronkan pendapat saya dengan pendapat Brian Tracy ? saya tidak berani bercita-cita, saya tidak berani berangan-angan, saya hanya menjalani kehidupan seperti air mengalir. mungkin terlihat seperti pasrah, tetapi saya sangat berjuang untuk hidup saya, apa yang saya miliki hari ini adalah hasil dari perjuangan saya yang diridhoi oleh ALLAH SWT, saya bersyukur, alhamdulillahirabbil a'lamin.

ada saya baca pendapat orang amrik dalam suatu buku, katanya bagaimana engkau akan mewujudkannya menjadi kenyataan apabila engkau tidak pernah bermimpi, berangan-angan terhadap sesuatu hal? hal ini dapat mereka buktikan dengan kecanggihan teknologi yang mereka miliki. perang bintang yang mereka bayangkan, menerbangkan pesawat tanpa awak, teknologi senjata yang sangat canggih, teknologi film yang tiada duanya. huuuuuhhhhh......... semua itu mungkin hasil impian mereka

pendapat ini terus menggoda saya, tetapi saya tidak berani bermimpi, berangan-angan..... saya hanya menjalani kehidupan seperti air mengalir.
saya takut bermimpi, saya takut tidak bangun-bangun dari mimpi, dan saya takut dalam keadaan terjaga pun saya bermimpi. saya takut kaki saya tidak lagi menginjak bumi, tapi sesekali mungkin kita akan bermimpi..........
mewujudkan impian yang bukan mimpi...

hidup ini sulit ditebak......?

Dimata orang lain, kehidupan kami sekeluarga boleh dibilang cukup mapan (menurut orang lho..) tapi saya merasa tidak begitu. profesi saya wiraswasta, istri saya seorang abdi negara yang patuh dan setia (PNS), kami sudah dikaruniai oleh Allah SWT tiga orang bidadari yang cantik-cantik...(hehee..) syukur alhamdulillah. sampai saat ini kehidupan keluarga kami akur-akur saja, alhamdulillah kebutuhan keluarga sehari-hari dapat terpenuhi, lancar-lancar saja. Namun akhir-akhir ini, saya dipusingkan dengan "tawaran" atau mungkin juga "permintaan" dari orang yang saya hormati yang juga petinggi di kabupaten kami. Mungkin bagi sebagian orang tawaran itu merupakan anugerah, tapi entah bagi saya......mendapat tawaran itu malah membuat saya pusing. Tawaran itu telah mengusik ketenangan saya.
kursi empuk dirut sebuah perusahaan daerah yang baru tumbuh dalam pandangan saya bukan anugerah, tetapi tantangan yang berat dan melelahkan.... Mungkin perlu saya ceritakan sedikit riwayat perusahaan daerah itu, badan usaha itu berdiri sejak tahun 2002 yang hingga hari ini tidak jelas apa yang menjadi line bisnisnya, sehingga uang daerah yang sudah digunakan oleh perusahaan tidak jelas pertanggungjawabannya dan akhirnya sang dirut kabur entah kemana (masuk daftar buron kejaksaan), selanjutnya untuk melangsungkan roda perusahaan, pemda menunjuk pelaksana tugas dirut, ya tentu saja dari pejabat daerah yang ada kaitannya dengan badan usaha. berjalan dua tahun namun belum menunjukkan tanda-tanda tunas akan tumbuh, malah menurut pandangan saya semakin membuat suram masa depan (maaf kalau saya keliru). badan usaha,.... ya namanya juga badan usaha, maka perusahaan itu mulai menyusun strateginya dengan berbagai program yang selanjutnya diekspos sedemikian rupa, di blow up sedemikian rupa... namun sayang seribu kali sayang..... pendek kata,...setelah menghasilkan produk perdana yang menurut masyarakat belum lolos quality kontrolnya, ternyata dilepas juga ke pasaran. Produk tanpa kemasan ini telah meninggalkan kesan yang kurang baik di lidah masyarakat, satu kegagalan usaha. selanjutnya hasil sampingan dari produk utama juga dimanfaatkan dan dijadikan produk,.... lagi-lagi dilempar kepasaran sebelum lolos quality kontrol,........akhirnya masyarakat yang semula mau 'membantu' menjadi konsumen karena cintanya kepada produk daerah sendiri menjadi kecewa,...... hanya karena perilaku coba-coba.
sudah dua kali mencoreng trade mark. selanjutnya apa yang terjadi? 'pelita' dalam badan usaha ini meredup sehingga akhirnya..bla...bla...bla..... penyebabnya ????
kenyataan ini membuat 'panik' pejabat daerah (tidak semua lho, ada juga yang mencemooh atau tertawa senang mungkin). Hilang kepercayaan pihak legislative sebagai penyetuju anggaran,.... pelaksana tugas dirut pun juga bingung, semua pihak bingung..... termasuk saya. apa yang dibingungkan? entah..... tergantung person masing-masing dari sudut mana dia membuat dirinya bingung. yang pasti perusahaan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. carut marut kenaikan harga berpartisipasi pula untuk semakin memudarkan pelita.

Ditengah kegalauan inilah tawaran menjadi dirut datang kepada saya, berlatar belakang wiraswasta dan pengalaman di organisasi profesi dunia usaha yang saya geluti mungkin menjadi pertimbangan untuk memberikan tawaran itu kepada saya.
mampukah saya mengemban amanat yang dipercayakan kepada saya itu? wallahu a'lam bishawab. Management perusahaan daerah adalah hal yang baru bagi saya. Menurut pak Dahlan Iskan bos jawa pos (maaf kalau saya salah) perusahaan daerah itu sulit sekali melepaskan diri dari intervensi pejabat daerah. nah lho.
saya coba berkomunikasi kepada kolega saya yang juga menempati berbagai pos di jabatan negeri, mereka semua setuju dan mendukung saya, mereka bersedia memberikan bantuan yang saya perlukan sebatas kemampuan dan kewenangannya.
tapi semua ini belum membuat saya menjadi yakin memegang kendali perusahaan plat merah ini, karena ada satu hal yang mengganjal di hati saya, yaitu keraguan saya terhadap opini masyarakat. saya khawatir kinerja saya nantinya dilekatkan pada keberhasilan petinggi daerah, yach...kalau saya berhasil tidak apa-apa, tapi bila sebaliknya? sedangkan beliau dikejar waktu.